Dr Martens, Salah Satu Merek Sepatu yang Mengubah Dunia

Jakarta
- Jika Anda besar di era 90-an, pasti tak asing dengan sepatu Dr Martens.
Kepopulerannya menjadikan sepatu tersebut masuk ke dalam daftar '50 sepatu yang
mengubah dunia'.
Sebuah buku karya Design Museum yang bertajuk 'Fifty Shoes That Changed The World', mengungkapkan beberapa sepatu yang dinilai telah memberikan pengaruh terhadap dunia, baik dalam sudut pandang mode atau secara umum. Salah satunya, adalah sepatu Dr Martens.
Dr Martens atau yang juga dikenal dengan Doctor Martens, Doc Martens, Docs atau DMs itu merupakan merek sepatu klasik asal Inggris. Sepatu Dr Martens begitu identik dengan para remaja Inggris sejak akhir tahun 1960-an, dan telah menjadi salah satu sepatu yang ikonik di dunia.
Sepatu Dr Martens juga menjadi fashion item 'wajib' bagi para komunitas skinheads dan punk (suatu sub-budaya yang lahir di London, Inggris pada akhir tahun 1960-an). Sepatu Dr Martens mejadi 'alat' untuk menunjukkan pembangkangan oleh para pekerja atau working class yang berada pada masa ekonomi sulit.
Sepatu Dr Martens hadir mulai dari dua hingga 20 lubang tali sepatu atau yang biasa disebut 'eyelet'. Jumlah eyelet dan warna tali sepatu tersebut bisa menjadi objek obsesi bagi beberapa orang untuk memilikinya.
Sepatu Dr Marten berawal dari Klaus Martens adalah seorang dokter tentara Jerman selama Perang Dunia II. Ia mengalami cidera pada pergelangan kaki saat bermain ski di Pegunungan Alpen Bavaria, Jerman. Martens merasa bahwa sepatu bootnya sangat tidak nyaman, terutama ketika kakinya sedang terluka.
Sambil memulihkan kakinya, Martens merancang kembali sepatu boot miliknya, dengan kulit binatang yang lebih lembut dan sol sepatu yang terbuat dari ban kendaraan sehingga cukup empuk. Sayangnya, penjualan sepatu karya Martens itu tidak mendapat tanggapan sukses.
Sampai akhirnya ia bertemu dengan teman lamanya semasa kuliah dulu, Dr Herbert Funck di Munich pada tahun 1947. Funck tertarik dengan desain sepatu Martens, dan bersama menciptakan desain terbaru serta mengganti beberapa materialnya agar lebih nyaman dan tahan lama. T
Tak membutuhkan waktu lama, sepatu Dr Martens pun langsung menjadi incaran, terutama oleh para wanita dan ibu rumah tangga. Selama 10 tahun pertama, 80% penjualan sepatu Dr Martens didominasi oleh wanita berusia di atas 40 tahun.
Sebuah buku karya Design Museum yang bertajuk 'Fifty Shoes That Changed The World', mengungkapkan beberapa sepatu yang dinilai telah memberikan pengaruh terhadap dunia, baik dalam sudut pandang mode atau secara umum. Salah satunya, adalah sepatu Dr Martens.
Dr Martens atau yang juga dikenal dengan Doctor Martens, Doc Martens, Docs atau DMs itu merupakan merek sepatu klasik asal Inggris. Sepatu Dr Martens begitu identik dengan para remaja Inggris sejak akhir tahun 1960-an, dan telah menjadi salah satu sepatu yang ikonik di dunia.
Sepatu Dr Martens juga menjadi fashion item 'wajib' bagi para komunitas skinheads dan punk (suatu sub-budaya yang lahir di London, Inggris pada akhir tahun 1960-an). Sepatu Dr Martens mejadi 'alat' untuk menunjukkan pembangkangan oleh para pekerja atau working class yang berada pada masa ekonomi sulit.
Sepatu Dr Martens hadir mulai dari dua hingga 20 lubang tali sepatu atau yang biasa disebut 'eyelet'. Jumlah eyelet dan warna tali sepatu tersebut bisa menjadi objek obsesi bagi beberapa orang untuk memilikinya.
Sepatu Dr Marten berawal dari Klaus Martens adalah seorang dokter tentara Jerman selama Perang Dunia II. Ia mengalami cidera pada pergelangan kaki saat bermain ski di Pegunungan Alpen Bavaria, Jerman. Martens merasa bahwa sepatu bootnya sangat tidak nyaman, terutama ketika kakinya sedang terluka.
Sambil memulihkan kakinya, Martens merancang kembali sepatu boot miliknya, dengan kulit binatang yang lebih lembut dan sol sepatu yang terbuat dari ban kendaraan sehingga cukup empuk. Sayangnya, penjualan sepatu karya Martens itu tidak mendapat tanggapan sukses.
Sampai akhirnya ia bertemu dengan teman lamanya semasa kuliah dulu, Dr Herbert Funck di Munich pada tahun 1947. Funck tertarik dengan desain sepatu Martens, dan bersama menciptakan desain terbaru serta mengganti beberapa materialnya agar lebih nyaman dan tahan lama. T
Tak membutuhkan waktu lama, sepatu Dr Martens pun langsung menjadi incaran, terutama oleh para wanita dan ibu rumah tangga. Selama 10 tahun pertama, 80% penjualan sepatu Dr Martens didominasi oleh wanita berusia di atas 40 tahun.
No comments:
Post a Comment